Menelusuri akar ketidaksetaraan di Indonesia memang tidaklah mudah. Ketidaksetaraan ini telah menjadi masalah yang kompleks dan terus menerus menjadi perdebatan di tengah masyarakat. Dalam realitas sosial Indonesia, ketidaksetaraan bisa ditemui dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari pendidikan, ekonomi, hingga akses terhadap layanan kesehatan.
Menurut data yang dihimpun oleh Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia masih mengalami ketidaksetaraan yang signifikan dalam hal pendapatan. Data BPS menunjukkan bahwa rasio Gini Indonesia pada tahun 2020 mencapai 0,38, di mana angka tersebut menunjukkan ketidakmerataan distribusi pendapatan di masyarakat. Hal ini juga diperkuat oleh data dari Oxfam yang menyebutkan bahwa 1% orang terkaya di Indonesia memiliki kekayaan yang setara dengan 49,3% penduduk Indonesia.
Menelusuri akar ketidaksetaraan di Indonesia juga melibatkan aspek pendidikan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh UNESCO, masih terdapat kesenjangan yang signifikan dalam akses pendidikan bagi anak-anak di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari akses geografis hingga biaya pendidikan yang tinggi. Menurut Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim, upaya untuk mengurangi ketidaksetaraan dalam pendidikan harus dilakukan secara komprehensif melalui program-program inklusif yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat.
Tentu saja, menelusuri akar ketidaksetaraan di Indonesia tidaklah mudah. Namun, dengan upaya yang komprehensif dan kolaboratif dari berbagai pihak, kita dapat mengatasi masalah ini secara bertahap. Sebagaimana yang dikatakan oleh John F. Kennedy, “Ketidaksetaraan di dunia adalah akar dari segala keinginan.”
Dengan demikian, penting bagi kita untuk terus menggali dan menemukan akar permasalahan ketidaksetaraan di Indonesia. Dengan upaya yang bersinergi dan kolaboratif, kita dapat menciptakan masyarakat yang lebih adil dan merata bagi semua warganya. Semoga artikel ini dapat menjadi pemantik untuk terus berjuang melawan ketidaksetaraan di Indonesia.